Senin, 03 Mei 2010

sistem informasi akuntansi pada penjualan

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
(Pengendalian Intern Terhadap penjualan tunai atas Penerimaan Kas Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari)
Oleh:
Kelompok II
Asrul (B1 C1 07 090)
Ewi Prastiwi Amin (B1 C1 07 110)
Icing Sugiarti (B1 C1 07 120)
Samsidar (B1 C1 07 130)
I Wayan Sumardi Yasa (B1 C1 07 140)





JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sistem informasi akuntansi yang berjudul ” Pengendalian Intern Terhadap Penerimaan Kas Atas Penjualan Tunai Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari” ini dalam bentuk sederhana.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas ini. Kepada ibu dosen selaku pembimbing mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi yang telah memberi dukungan dan wejangan dalam penyelesaian tugas ini. Kepada teman-teman yang senantiasa memberikan masukan-masukan positif demi terselesaikan tugas ini. Demikian penulis sampaikan, semoga bantuan yang diberikan dari semua pihak mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam hal isi maupun penyusunannya, namun ini merupakan usaha yang maksimal bagi penulis. Oleh karena itu kami masih sangat mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak demi sempurnnya tugas ini.
Semoga tugas ini dapat memenuhi harapan, sehingga membawa manfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.

Kendari, 08 November 2009


Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.I Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Tujuan 2
I.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.I Pengertian Pengendalian Intern 3
2.2 Komponen-Komponen Pengendalian Intern 5
2.3 Elemen-Elemen Pengendalian Intern 5
2.4 Syarat-Syarat dan Ciri Pengendalian Intern Yang Baik 6
2.5 Prinsip-Prinsip Pengendalian Intern 7
2.6 Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas 8
2.7 Pengertian Penjualan 9
2.8 Penerimaan Kas 12
2.9 Pengunaan Bagan Arus Dalam Sistem 13
2.10 Kerangka Pikir 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
3.1 Objek Penelitian 17
3.2 Jenis dan Sumber Data 17
3.3 Populasi dan Sampel 17
3.4 Tehnik Pengumpulan Data 18
3.5 Metode Analisis 18
3.6 Devenisi Operasional 19
BAB IV PEMBAHASAN 20
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan 20
4.2 Hasil Penelitian 22
4.3 Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Pada Perusahaan Roti Dhiba
Kendari 24
4.4 Evaluasi Pengendalian Intern Atas Penjualan Roti Secara Tunai
Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari ....................................................28
BAB V PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu system yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran. Perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak mencari laba, mengolah masukan berupa suatu sumber ekonomi untuk menghasilkan sumber ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, baik dalam bermotif laba maupun tidak, manajemen selalu berusaha agar nilai keluaran lebih tinggi dari nalai masukan yang dikorbankan, sehingga kegiatan usaha menghasilkan laba (untuk perusahaan bermotif laba). Laba akan menjadikan perusahaan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya.
Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, maka perusahaan perlu menerapkan system pengendalian intern yang efektif, serta perusahaan perlu melakukan pencatatan, penggolongan, peringkasan serta penyajian persediaan kemudian dijual produk tersebut dengan cara-cara yang tepat dan teliti sesuai dengan praktek akuntansi yang lazim, sehingga dapat menggambarkan secara tepat obyek persediaan.
Salah satu indikasi yang memadai bahwa pengendalian intern telah diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur pengendalian intern yang lazim adalah; (a) struktur organisasi, (b) system wewenang dan prosedur pembukuan, (c) praktek-praktek yang sehat dan (d) kecakapan pegawai.
Untuk mengetahui bagaimana pengendalian intern penerimaan kas terhadap perusahaan maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis pada perusahaan Roti Dhiba-Kendari. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang mengolah terigu dan bahan-bahan lainnya untuk diproduksi agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi yaitu roti.
Untuk menghasilkan laba penjualan yang maksimal dari produk yang berjumlah besar maka perusahaan harus melakukan pengendalian intern terhadap persediaan sesuai dengan prosedur akuntansi yang lasim.
Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat karya tulis dengan judul “Pengendalian Intern Terhadap penjualan tunai atas Penerimaan Kas Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari”.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengendalian intern terhadap penerimaan kas pada perusahaan Roti Dhiba Kendari?”
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian intern penerimaan kas pada perusahaan Roti Dhiba Kendari.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pimpinan perusahaan Roti Dhiba Kendari dalam pengambilan kebijakan khususnya pengendalian intern terhadap penerimaan kas.
2. Sebagai bahan pembanding, sumber informasi dan bacaan untuk penelitian selanjutnya terhadap masalah yang relevan dengan obyek penelitian ini.
3. Sebagai aktualisasi dari penerapan teori yang selama ini diperoleh dibangku perkuliahan khususnya dalam proses penyelesaian studi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pengandalian Intern
Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya pengendalian intern yang baik dan menyeluruh atas segala aktivitas yang ada. Pengendalian intern ini adalah untuk menjaga agar tidak timbul penyelewengan dan dapat memelihara efisiensi operasi perusahaan. Pengendalian intern diperlukan untuk memberikan kapasitas yang cukup bahwa sasaran dan tujuan perusahaan akan tercapai.
Sofyan Syafri Harahap (1995:48) menjelaskan pengendalian intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien, dan mengajak agar menaati kebijakan perusahaan.
Menurut Sawyer (2003:61) pada dasarnya pengendalian intern mencakup rencana perusahaan atau organisasi dan semua metode, ukuran serta kebijakan yang terkoordinasi untuk mengamankan harta kekayaan, menguji ketepatan dan sampai jauh data akuntansi dapat di percaya, mendorong efisiensi operasional dan mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang diterapkan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Publik memberikan pengendalian intern sebagai berikut: Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain yang didesain untuk memeberikan keyakinan yang memadai tengtang tiga pencapaian golongan tujuanberikut ini: a) keandalan laporan keuangan, b) efektifitas dan efisiensi operasi, c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (IAI, 2001 – 319.2).
Nugroho Wijajanto mengemukakan bahwa pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi stuktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk:
 Mengamankan aktiva perusahaan
 Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi
 Meningkatkan efisiensi
 Mendorong agar kebijakan manajemen di patuhi oleh segenap jajaran organisai.
Menurut Mulyadi (2002:180) yang mengutip SA seksi 319 pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
 Keandalan laporan keuangan
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
 Efektivitas dan efisiensi operasi.
Zaki Baridwan (2000:13) mengemukakan pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dalam tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi dalam operasi, dan membantu menjaga dipetuhinyakebijaksanaan manajemen yang ditetapkan terlebih dahulu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa, pengendalian intern meliputi pengawasan akuntansi, (accounting control) dan pengawasan administratif (administrative control).
a) Pengawasan akuntansi terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur yang berkaitan dengan dan berhubungan langsung pada pengamanan aktiva dan dapat dipercayanya catatan finansial.
b) Pengawasan administratif terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur terutama yang berkaitan dengan efisiensi operasi dan kepatuhan pada kebijaksanaan manajemen dan biasanya hanya mempunyai hubungan yang tidak langsung dengan catatan finansial.

2.1.2 Komponen-Komponen Pengndalian Intern
Sukrisno Agoes (2004: 79-80) mengemukakan pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a) Lingkungan pengandalian yaitu menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian harus mencakup faktor-faktor berikut ini:
 Integritas dan nilai etika
 Komitmen terhadap kompetensi
 Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
 Struktur organisasi
 Pemberian wewenang dan tanggung jawab
 Kebijakan dan praktek sumberdaya manusia.
b) Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapat timbul karena keadaan berikut:
 Perubahan dalam lingkungan operasi
 Personel baru
 Sistem informasi yang baru
 Teknologi baru
 Lini produk, produk, dan aktivitas produk
 Operasi luar negeri
 Standar akuntansi baru
c) Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang nungkin relevan dengan audit dapat digolomgkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
 Review terhadap kerja
 Pengolahan informasi
 Pengendalian fisik
 Pemisahan tugas
d) Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e) Pementauan adalah proses yang mnentukan kualitas kenerja pengendalian intern sepanjang waktu.

2.1.3 Elemen-Elemen Pengendalian Intern
Menurut Zaki Baridwan (2002:14), suatu pengendalian intern yang memuaskan harus meliputi:
a) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat.
Struktur organisasi perusahaan yang disusun harus dapat menunjukan garis-garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam arti jangan sampai terjadi overlap fungsi masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengawasan yang baik hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan sehingga mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan dalam perusahaan.
b) Sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik yang berguna untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, utang-utang, pendapatan dan biaya-biaya.
Struktur organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur tentang tugas, hak dan wewenang masing-masing pejabat beserta seluruh jajarannya sesuai fungsinya. Uraian tugas tesebut juga harus didukung oleh petunjuk prosedur dalam bentuk pelaksanaan tugas yang didalamya dimuat prosedur pelaksanaan suatu kegiatan disertai dengan penjelasan mengenai pihak-pihak yang berwewenang untuk mengesahkan suatu kegiatan.
c) Pratek-praktek yang sehat harus dijalankan dalam melakukan tugas-tugas dan fungsi –fungsi setiap bagian organisasi.
Yang dimaksud dengan praktek-praktek yang sehat adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Praktek yang sehat ini harus berlaku untuk seluruh prosedur yang ada, sehingga pekerjaan suatu bagian akan langsung dicek oleh bagian lainnya.
d) Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggunga jawabnya.
Untuk mendapatkan pegawai yang tingkat kecakapannya cukup, hendaknya melakukan transaksi dan test-test pada saat dimulainya penerimaan pegawai baru. Hal ini agar dapat menentukan apakah calon karyawan yang bersangkutan memenuhi kriteria yang dilakukan.

2.1.4 Syarat-Syarat Dan Ciri Pengendalian Intern Yang Baik
Sofyan Syafri Harahap (1995:53) merumuskan pengendalian intern yang baik menggunakan beberapa syarat sebagai berikut:
a) Pagawai.
Pagawai merupakan tokoh atau titik sentral dalam pelaksanaan pengendalian intern, karena yang mengerjakan sistem tersebut harus diseleksi dengan objektif dan mempunyai klasifikasi dibidangnya, terampil, cakap, dan yang lebih penting lagi memiliki integritas dan kejujuran.
b) Pemisahan fungsi
Fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan harus dipisahkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyelewengan yang dilakukan oleh seorang yang memilki dua fungsi.
c) Pelaksanaan transaksi
Transaksi yang dilaksanak harus berdasarkan otorisasi dan sepengetahuan mereka yang berhak sesuai dengan struktur organisasi dan wewenang masing-masing. Tidak boleh semua orang melakukan penyelesaian transaksi tanpa diberikan hak dan wewenang dari perusahaan.
d) Pencatatan transaksi
Transaksi harus dicatat secara benar sesuai dengan bukti-bukti pendukung yang ada, kemudian diklasifikasikan dan dibukukan pada perkiraan yang benar, dan pada periode yang banar pula.
e) Penjamahan terhadap harta perusahaan
Penjamahan terhadap harta perusahaan harus selektif, setiap orang tidak boleh memakai atau menggunakan kekayaan perusahaan tanpa melalui prosedur atau persetujuan dari pimpinan yang berwewenang.
f) Perbandingan pencatatan dan fisik harta
Perbandingan antara catatan dan fisik harta maksudnya adalah sewaktu-waktu dilakukan perbandingan antara angka yang dibuku dengan fisik harta yang dicatat.

2.1.5 Prinsip-Prinsip Pengendalian Intern
Prosedur-prosedur pengendalian intern berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Dan bergantung pada berbagai faktor seperti sifat operasi dan besarnya perusahaan. Namun demikian prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok dapat diterapkan pada semua perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Haryono Jusup (2001:4) ada tujuah buah prinsip pengendalian intern yang pokok meliputi:
a) Penetapan tangguang jawab secara jelas.
b) Penyelenggaraan pencatatan yang memadai.
c) Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan.
d) Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva.
e) Pemisahan tangguang jawab atas transaksi yang berkaitan.
f) Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan).
g) Pelaksanaan pemeriksaan secara independent.

2.2 Pengertian Penjualan
Menurut Basri (2004:129), penjualan adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang ditunjukan untuk menciptakan, memperbaiki, mengusai, atau memepertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan satu sama lain.
Mulia Nasution (1996:205) mengemukakan, penjulan adalah salah satu kegiatan dari fungsi pertukaran dan pemasaran yang akan menntukan selisih harga dan harga pokok. Dalam kegiatan penjualan akan diketahui selesih antara jumlah harga dan biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan barang dan jasa, sehingga akan diketahui pendapatan perusahaan tersebut.
Penjualan dapat juga dikatakan sebagai tugas memperkenalkan, menunjuk untuk mencari, mempengaruhi dan memberikan petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang diwarkan, srta mengadakan transaksi atau perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian diatas dapat diberikan batasan bahwa, penjualan adalah penyerahan barang dan jasa kepada konsumen yang memerlukan, dengan mendapatkan pengembalian imbalan (jasa berupa uang). Dalam pengertian lebih umum, penjualan adalah pemindahan hak dari produsen, kepada pembeli dari suatu barang dan jasa. Jadi dengan penjualan akan menciptakan penjualan barang dan jasa.
Beberapa tahap dalam fungsi penjualan, yaitu:
a) Menciptakan permintaan, proses ini adalah mengubah, menggeser permintaan sehingga volume penjualan lebih besar, yaitu dengan cara periklanan, advertensi dan personal selling.
b) Menemukan pembeli. Untuk mencari calon pembeli, produsen dapat menggunakan saluran distribusi. Dengan saluran distribusi tersebut maka calon pembeli dapat mengetahui jenis produk yang di berikan,sehingga dapat diketahui sipakah yang merupakan pembeli.
c) Perjanjian penjualan, dalam hal syarat-syarat penjualan dijelaskan apakah transaksi jual beli, menggunakan sistem pembayaran tunai atau kredit.
d) Pemindahan hak. Tahap ini merupakan tahap yang terakhir dari fugsi penjualan, dimana kepemilikan barang dan jasa telah pindah dari produsen kekonsumen.
Beberapa cara untuk melakukan penjualan adalah:
1. Dengan cara personal selling. Cara menawarkan penjulan yang sesuai dengan kebutuhan kensumen yaitu personal selling, dimana produsen bertemu langsung atau bertatap muka langsung dengan calon pembeli.
2. Advertensi. Kegiatan penjualan seperti ini biasanya dilakukan melalui media massa tertentu, seperti pemasangan iklan di toko, pemasangan billboard, penyebaran pamflet, dan lain-lain yang menunjang proses penjualan.
3. Mail order. Kegiatan penjualan ini dilakukan melalui surat, sehingga hubungan yang emnjurus bersifat pribadi ini bisa ditanggapi oleh pembeli.
4. Sample. Penjualan seperti ini yaitu dengan memberikan sampel kepada calon pembeli secara langsung diman pembeli dapat melihat wujud barang tersebut.
5. Fair, Show, Exhibiton. Kegiatan seperti ini bisa digolongkan sebagai promosi penjualan dengan tujuan memperkenalkan, mendemonstrasikan, atau mungkin sekaligus melakukan penjualan.
Dalam praktek kegiatan penjualan itu banyak juga dipengruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kondisi dan kemampuan penjual
Trandaksi jual beli atau pemindahan hak terhadap barang dan jasa pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus menyakikan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk itu penjual harus memahami beberapa masalah yang penting, yakni:
• Jenis dan karateristik barang yang ditawarkan
• Harga produk
• Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran, pelayanan purna jual, garansi dan sebagainya.
b. Kondisi pasar
Adapun faktor-faktor dari kondisi pasar yang eprlu diperhatikan adalah:
• Jenis pasaranya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasara penjual dan sebagainya.
• Kelompok pembeli dan segmen pasar
• Daya belinya
• Frekuensi pembelinya
• Keinginan atau kebutuhanya.
c. Modal
Akan sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijualnya tersebut belum dikenal oleh calon pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukanadanya sarana serta usaha, seperti alat prnsportasi, usaha promosi dan lain-lain. Semua itu dapat dilakukan apabila produsen memiliki modal yang diperlukan untuk itu.
d. Kondisi organisasi perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu atau ahli dibidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil dimana masa;ah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah karyawannya yang sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi serta sarana yang dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaa besar.
e. Faktor lain
Faktor-faktor lain yang dimaksud seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan. Namun unutk melaksanakannya diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahan yang memiliki modal besar kegiatan ini sangat rutin dilaksanakan, sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal relatif kecil kegiatan ini lebih jarang dilekukan.
Menurut Arens yang diterjemahkan oleh Ilham Tjakrakusuma (1998:293) tujuan pengendalian intern transaksi penjualan terdiri dari:
1. Penjualan yang dicatat adalah untuk dikirimkan kepada penjual non-aktif
2. Transaksi penjualan diotorisasi dengan tepat
3. Transaksi penjualan yang terjadi harus dicatat
4. Penjualan sejumlah barang yang akan dikirimkan dan difaktur serta dicatat dengan benar.
5. Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan tepat.
6. Penjualan dicatat atas dasar waktu yang tepat.
7. Transaksi penjualan dimasukkan dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan diihtisarkan dengan benar.

2.3 Penerimaan kas
Penerimaan kas dalam perusahaan dapat berasal dari berbagai sumber antara lain penerimaan kas, yang berasal dari penjualan tunai maupun dari pelunasan piutang (penjualan kredit) serta berasal dari pinjaman baik dari bank maupun dari pihak lain.
Prosedur penerimaan kas harus melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan agar transaksi penerimaan kas tidak terpusat pada satu bagian saja, hal ini perlu agar dapat memenuhi prinsip-prinsip pengendalian intern. Bagian-bagian yang terlibat dalam prosedur penerimaan kas adalah bagian kasir, bagian penjualan, bagian pembukuan serta bagian pemeriksaan intern.
Amin Widjaya Tunggal (1995:79) mengemukakan dasar-dasar tertentu yang bisa dipergunakan sebagai pedoman untuk mengedakan pengendalian terhadap penjualan secara tunai, yaitu sebagai berikut:
a. Semua penerimaan kas tepat dicatat peda waktunya agar membrikan tanggung jawab yang efektif terhadap jumlah uang yang diterima.
b. Prosedur penerimaan kas. Semakin banyak perhatian terhadap prosedur, maka semakin efektif pula pengendalian.
c. Kasir tidak diperbolehkan merangkap fungsi lain yang memungkinkan dia melakukan kecurangan.
d. Penerimaan kas harus selalu didukung oleh bukti yanga lengkap
e. Penerimaan kas harus selalu disetorkan kebank secara penuh tepat pada waktunya.

2.4 Penggunaan Bagan Arus Dalam Sistem
Bagan arus adalah suatu penyajiaan dengan memakai diagram mengenai arus informasi adn urutan kegiatan dalam suatu operasi suatu sistem. Bagan arus biasanya disajikan dalan dua bentuk yaitu dengan sistem konputerisasi dan sistem manual, namun disini hanya akan dibahas tentang bagan arus (flow chart) sistem manual.
Simbol-simbol yang umum digunakan untuk prosedur bagan arus manual yaitu:

Dokumen merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya taransaksi


Dokumen dan tembusan, untuk mengambarkan berbagai dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan disudut kanan atas.


Berbagai dokumen, digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama dalam suatu paket.


Catatan, digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi yang di gunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya didalam dokumen atau formulir. Seperti jurnal dan buku pembantu serta buku besar



Penghubung pada halaman yang sama, dengan memperhatikan nomor yang tercantum dalam simbol penghubung pada halaman yang sama, dapat diketahui aliran dokumen dalam sistem akuntansi yang digambarkan dalam bagan arus.





Akhir arus dokumen, danmengarahkan pembaca kesimbol penghubung halaman yang sama yang
bernomor seperti yang tercantum didalam sismbol tersebut.


Awal arus dokumen, yang berasal dari simbol penghubung halaman yang sama, yang bernomor seperti yang tercantum dalam simbol tersebut.



Penghubung pada halaman yang berbeda, nomor yang dicantumkan didalam simbol penghubung menunjukan bagaimana bagan arus yang tercantum pada halaman tertentu terkait dengan bagan arus pada halaman bagan arus yang lain.

Arsip sementara, digunakan untuk menunjukan tempat penyimpanan dokumen, seperti lemari arsip dan kotak arsip.

Arsip permanen, digunakan untuk menggambarkan arsip pemanen yang tidak diproses lagi.

dari pelanggan

Masuk kesistem. Karena kegiatan diluar sistem tidak perlu digambarkan dalam bagan arus maka diperlukan simbol untuk menggambarkan masuk kedalam sistem.
Ke sistem penerimaan kas

Keluar kesistem lain, karena kegiatan diluar sistem tidak perlu digambarkan dalam bagan arus, maka diperlukan simbol untuk menggambarkan keluar ke sistem lain.

Mulai dan berakhir terminal, untuk menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi



Keterangan atau kemontar, sismbol ini memungkinkan ahli sistem menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir.

Kegiatan manual, digunakan untuk menggambarkan kegiatan manual seperti menerima order dari pembeli, mengisi formulir, memeriksa dari berbagai jenis kegiatan kliterial lainnya.
Suatu bagan alir menggambarkan alir dokumen denganmenggunakan diagram dan simbol-simbol standar. Berikut bagan alir sistem penerimaan kas melalui penjualan tunai (Mulyadi 2001: 456,476-477), meliputi prosedur berikut:
a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di bagian penjualan.
b. Bagian kasir menerima penjualan dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi, dan kartu kredit.
c. Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan barangnya kepembeli.
d. Bagian pengeiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e. Bagian kasir menyetorkan yang diterimanya kebank.
f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.
g. Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.


2.5 Kerangka Pikir
Demi kelancaran operasi perusahaan dan dengan melihat volume penjualan yang selalu berbeda setiap harinya, maka perusahaan harus menerapkan suatu sistem akuntansi yang efektif dan efiasien gunamemudahkan pengawasan pengandalian intern pada setiap pelaksanaan kegiatan denngan tujuan untuk menjaga kekayaan dan catatan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisien dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan adanya pengendalian intern segala bentuk penyimpangan tentang bentuk laporan keuangan yang dapat merugikan perusahaan dapat dicegah sedini mungkin.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus kerangka pikir sebagai berikut:

Skema kerangka pikir:













BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah Perusahaan Roti Dhiba Kendari yang beralamat dijalan Dr. Sam Ratulangi No. 202 Kelurahan Mandonga Kecamatan Madonga Kota Kendari.

3.2. Jenis Dan Sumber Data
3.2.1 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data kualitatif, yaitu data yang berupa penjelasan dari pimpinan dan karyawan Perusahaan Roti Dhiba Kendari.
b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini yang merupakan data dari penjualan roti.
3.2.2 Sumber data
a. Data primer yaitu data yang di peroleh dari perusahaan secara langsung dan masih bisa diolah oleh peneliti. Dalam penelitian ini seperti interview.
b. Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung dan masih dapat diolah oleh peneliti. Dalam penelitian ini contohnya data-data penjualan roti yang sebelumnya telah didokumentasikan oleh perusahaan.

3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1. Populasi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian empirik yang satuan pengamatan (populasi) yang menjadi sasaran penelitian ini adalah pimpianan, manajer, dan sebagian karyawan yang bekerja pada bagian keuangan di Perusahaan Roti Dhiba Kendari sebayak 8 orang.
3.3.2. Sampel penelitian
Pengambilan sampel sebanyak 8 orang tersebut dilakukan karena relatif populasinya homogen atau karateristiknya sama dengan cara interview secara langsung kepada responden.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Interview, yaitu mengadakan tanya jawab atau wawancara dengan pimpinan, bagian penjualan, bendahara serta karyawan Prerusahaan Roti Dhiba Kendari.
b. Pengumpulan bukti-bukti yang mendukung penelitian, seperti surat izin usaha, faktur-faktur dan lain-lain.

3.5. Metode Analisis
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu tehnik yang digunakan dengan cara menjelaskan atau memberikan gambaran tengtang evaluasi pengendalian intern atas penjualan tunai pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari. Penilaian dengan menggunakan interview kepada pihak-pihak yang terkait dengan fungsi tersebut agar mencapai suatu hasil tertentu.
Untuk menilai apakah pengendalian intern telah dilakukan secara memadai maka digunakan persentase rumus:

K
P = x 100%
N

Dimana:
P = jumlah persentase pengendalian intern
K = jumlah nialai rata-rata jawaban “ya” pada pengendalian intern
N = jumlah pertayaan interveiw

Adapun indikor pendukung yang digunakan skala nominal dengan penggolongan sebagai berikut “ya” = 1, dan “tidak” = 0, dengan penggolongan sebagai berikut:
Kategori jawaban pertayaaan persentase
Sangat memadai 100% - 90%
Memadai 89% - 80%
Cukup memadai 79% - 70%
Kurang memadai 69% - 60%
Tidak sesuai <59%

3.6. Devenisi Operasional
a. Pengendalian intern adalah prosedur sistem yang dibuat sustu perusahaan untuk membantu manajemen Perusahaan Roti Dhiba Kendari dalam mengelola seluruh kegiatan atau aktivitas aktivitas perusahaan.
b. Struktur organisasi merupakan suatu susunan pembagian tanggung jawab menurut fungsi dan hierarkis. Penyusunan struktur organisasi harus memperhitungkan semua fungsi yang ada dalam perusahaan dan kemudian membagi fungsi-fungsi tesebut kepada pihak-pihak yang harus mempertangguang jawabkan.
c. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat.
d. Praktek yang sehat adalah setiap karyawan dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan prosedur yang diterapkan dan tidak asal kerja.
e. Karyawan yang cakap merupakan sikap mental dan prilaku dari setiap karyawan yang memiliki keterampilan dan keahlian, selain itu memilki sifat independensi, sikap tahu tehadap fungsi jabatan, kuat dalam prinsip, dan memilki sikap kooperatif pada porsi yang tepat.
f. Penjualan adalah penyerahan barang dan jasa kekonsumen dan mendapatkan imbalan kembali dari konsumen berupa uang.

















BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Roti Dhiba kendari adalah salah satu perusahaan menufaktur yang memproduksi berbagai jenis roti antara lain, roti, keju, roti kacang tanah, roti kacang hijau, roti daging, roti coklat dan roti istimewa dalam jumlah yang cukup besar. Perusahaan ini berdiri dan mulai usahanya pada pertengahan Juni 1998 dengan nama Istana Roti Dhiba, sedangkan surat izin tempat usaha (SITU) diperoleh pada tahun 2000 dengan nomor register 2008/ UPT/XII/2000 yang berlokasi di jalan Dr. Sam Ratulangi No. 202 Kelurahan Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kendari.
Pada awal pendirianya perusahaan ini hanya melakukan usaha sebagai penyalur hasil produksi dari Holland Bakery yang berkedudukan di Wua-wua namun setelah melihat peluang pasar yang cukup baik, atas kebijakan pemilik perusahan yang juga pemilik Holland Bakery. Akhirnya perusahaan ini dapat memproduksi sendiri roti yang akan dipasarkan.
Adapun wilayah pemasaran yang menjadi sasaran perusahaan adalah wilayah Kota Kendari khususnya Kelurahan Mandonga dan sekitarnya. Kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi roti dan memasarkannya kepada masyarakat. Perusahaan juga menyediakan kafe untuk memfasilitasi konsumen yang ingin menikmati hasil produksinya (roti) di tempat dengan berbagai jenis minuman.
Selain itu perusahaan juga mamiliki usaha sampingan yaitu sebagai penyalur air minum dalam kemasan (AMDK) Frid dari CV. Tepung Emas Utama Kendari.
Dalam Upaya pengembangan usahanya, perusahaan telah membuka cabang yang berkedudukan di Kabupaten Kolaka pada tahun 1999 dan di Surabaya pada tahun 2000.
Struktur organisasi merupakan gambaran tentang system pembangunan kerja yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasi dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Bentuk struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan Roti Dhiba Kendari dalam menyusun wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan kerja adalah struktur garis.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Sheet 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Roti Dhiba Kendari






Garis Komando
Garis Koordinasi

Dari struktur organisasi tersebut nampak bahwa dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-sehari, pimpinan dibantu oleh bagian pengadaan, bagian produksi, bagian keuangan dan bagian pemasaran. Adapun pembagian wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian yang terdapat pada struktur organisasi perusahaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Pimpinan
Tugas pimpinan sebagaimana lazimnya pimpinan perusahaan lainnya yaitu bertanggung jawab atas segala kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Juga sebagai pengendali perusahaan, membuat kebijakan-kebijakan perusahaan, dan pengambilan keputusan serta bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan.
2. Bagian Pengadaan
Bagian pengadaan bertugas melakukan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan produksi.
3. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan produksi, dan mengatur sumber daya yang ada untuk menghasilkan produk. Bagian ini juga bertanggung jawab atas jumlah persediaan barang jadi.
4. Bagian Keuangan
Bagian keuangan mengelola sumber-sumber dana dan penggunaannya, mengelola pembayaran upah dan pembelian bahan baku. Bagian ini juga bertugas mengelola pencatatan, pembukuan atas penerimaan dan pengeluaran perusahaan, serta bertanggung jawab dalam hal pelaporan keuangan.
5. Bagian Pemasaran
Bagian ini bertugas memasarkan hasil produksi roti, melayani pelanggan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada pada bagian pemasaran.
Keempat bagian tersebut saling koordinasi dan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan perusahaan.



4.2 Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas pada Perusahaan Roti Dhiba
Tahap-tahap terjadinya proses penjualan dan penerimaan kas, yakni sebagai berikut:
a. Bagian Penjualan
1. Menerima order dari calon pembeli.
2. Mengisi faktur penjualan dengan identitas pembeli seperti nama atau nama perusahaan, produk yang dibeli oleh pembeli, kuantitas dan total harga produk.
3. Faktur yang telah dicantumkan nomor seri faktur yang terdiri dari dua bagian (sobekan). Sobekan pertama diserahkan pada pembeli, sobekan yang kedua untuk disimpan bagian penjualan.
4. Menerima uang dari hasil penjualan produk dari pembeli.
b. Bagian Akuntansi
1. Bagian kas fisik
 Membandingkan bonggol faktur (faktur bagian penjualan) dengan faktur pembeli yang diterima oleh bagian penjualan dengan nomor seri yang tidak tertulis pada faktur penjualan ini merupakan salah satu kelemahan pengendalian intern terhadap penerimaan kas pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari yang tidak memakai nomor urut tercetak. Nomor seri faktur ditulis secara manual dan bahkan tidak dicantumkan nomor seri yang telah ada sehingga dapat dikatakan pengendalian intern terhadap penerimaan kas pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari sangat tidak baik karena tidak adanya pengendalian intern yang memadai atas penerimaan kas sehingga besar kemungkinan dilakukannya penyelewengan terhadap penerimaan kas.
 Setelah bagian penjualan membandingkan bonggol faktur dengan faktur dari pembeli, bagian penjualan mengarsipkan bonggol faktur dan faktur pembeli diberikan kepada bagian pembukuan untuk dilakukan pencacatan.
 Menyetorkan uang hasil penjualan produk ke bank setiap hari dan mengarsipkan.
 Menggandakan bukti setor dua rangkap yang terdiri dari:
1. lembar satu untuk arsip kas fisik.
2. lembar dua untuk bagian pembukuan.
2. Bagian Pembukuan
 Menerima daftar pembelian dan bukti faktur dari bagian kas fisik kemudian membuat jurnal penerimaan kas.
 Proses transaksi penjualan dapat dilihat pada skema berikut:

Sistem penjualan dan penerimaan kas roti pada perusahaan roti dhiba kendari:
1. Bagian penjualan





























2. Bagian Akuntansi

a. Bagian kas fisik







Setiap hari











b. Bagian pembukuan















4.3 Evaluasi Pengendalian Intern Atas Penjualan Roti Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari.
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh penulis bahwa untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern atas Penjualan Roti Dhiba, maka yang menjadi sasaran penelitian ini terdiri dari 4 unsur yang harus dimiliki dan merupakan karateristik atau ciri-ciri pokok dari pengendalian intern yaitu: 1) struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat, 2) suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik yang berguna untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadapa harta milik, utang, pendapatan, dan biaya-biaya. 3) praktek-praktek yang sehat harus dijalankan dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi setiap organisasi. 4) suatu tindakan kecakapan pegawai yang sesuai dengan tangguang jawab untuk melaksanakan keempat unsur pengendalian intern atas penjualan Roti Dhiba Kendari.
1. Struktur organisasi
Sehubungan dengan upaya untuk melaksanakan berbagai aktivitas operasional perusahaan Roti Dhiba Kendari, maka dibutuhkan adanya tenaga kerja yang pengkoordinasiaanya memerlukan pengorganisasian yang sistematis untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan secara produktif, efektif dan efisien.
Secara umum fungsi, tugas dan tanggung jawab pegawai pada bagian penerimaan kas jika dilihat dari struktur organisasi pada perusahaan Roti Dhiba Kendari dapat digambarkan bahwa pada bagian ini, bertugas dan bertanggung jawab dalam membantu pimpinan dalam menjalankan tugas sesuai dengan bidang tugasnya, melakukan pengelolaan atas pencatatan, pembukuan, atas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan, serta bertanggung jawab dalam pelaporan keuangan. Hal ini berarti, semua transaksi yang terjadi baik pengeluaran maupun penerimaan kas dilakukan oleh satu petugas keuangan dengan berbagai tanggung jawab dan wewenang.
Untuk mengetahui apakah pengendalian intern pada struktur oraganisasi Perusahaan Roti Dhiba sudah memadai maka diperlukan anggapan sebagai berikut:
Tabel tanggapan responden atas indikator struktur organisasi.
No. Dasar penilaian indikator struktur organisasi Jumlah responden Jumlah point atas penilaian indikator struktur organisasi.
1.


2.




3.


4.



5. Apakah Perusahaan Roti Dhiba kendari memiliki struktur organisasi?

Apakah stuktur organisasi yang diterapkan tersebut dapat membedakan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sesuai dengan fungsinya?

Apakah dalam perusahaan terdapat pembagian tugas yang jelas dan tegas?

Apakah struktur organisasi yang ditetapkan oleh pimpinan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana?

Apakah karyawan yang bekerja sudah ditempatkan sesuai dengan keahliannya? 8


8




8


8



8 8


8




6


4



6
Rata-rata 4
Indikator penilaian:
Ya = 1
Tidak = 0
K
P = x 100%
N

4
P = x 100%
5
P = 80% ( memadai)
Darai tarbulasi data hasil interview 8 orang karyawan mengenai penilaian dari pemenuhan indikator stuktur organisasi diperoleh nilai 80%. Ini berarti bahwa struktur organisasi telah mencantunkan adanya pemisahan tugas yang jelas dan tegas sehingga masing-masing karyawan dapat membedakan tugas dan tangguang jawabnya.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan
Dalam suatu perusahaan setiap transaksi keuangan terjadi melalui sistem wewenang pembukuan melalui wewenang tertentu. setiap transaksi yang terjadi di otorisasi oleh pejabat yang memiliki wewenang untuk itu, sehingga kekayaan perusahaan dapat terjamin keamanannya serta data akuntansi yang dicatat terjamin ketelitian dan keandalannya.
Berikut ini tanggapan respoden atas pelaksanaan sistem wewenang dan prosedur pembukuan pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari:
No. Dasar penilaian indikator sistem wewenang dan prosedur pembukuan Jumlah responden Jumlah point atas penilaian indikator sistem wewenang dan prosedur pembukuan
1.



2.



3.



4.



5.


6. Apakah penerimaan kas yang berasal dari penjualan roti selalu didukung oleh bukti yang cukup?

Apakah roti yang terjual secara langsung (penjualan tunai) di bukukan pada hari itu juga?

Apakah bukti penerimaan kas yang berasal dari penjualan roti selalu dicatat setiap hari dan dikontrol secara memadai?

Apakah penerimaan kas dari penjualan roti sudah sesuai jumlahnya jumlah roti yang dikeluarkan?

Apakah penerimaan kas dari penjualan tunai di otorisasi oleh pihak yang berwewenang?

Apakah seluruh kegiatan penjualan telah berjalan sesuai dengan kebijakan manajemen? 8



8



8



8



8


8 8



8



8



8



5


7
Rata-rata 5,5
Indikator penilaian:
Ya = 1
Tidak = 0
K
P = x 100%
N


5,5
P = x 100%
6
P = 91,67% ( sangat memadai)
Dari tabulasi hasil interview 8 orang responden mengenai penilaian dari wewenang dan prosedur pembukuan pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari diperoleh nilai 91,67% artinya sangat memadai, karena penerimaan kas yang berasal dari penjualan roti selalu didukung oleh bukti yang cukup dan roti yang terjual langsung dibukukan pada hari itu juga. Selain itu penerimaan kas selalu diotorisasi oleh pihak yang berwewenang.

3. Praktek-praktek yang sehat
Pembagian tanggung jawab fungsional dari sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah diterapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun tanggapan responden mengenai prktek-praktek yang sehat pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari yaitu disajikan sebagai berikut
No. Dasar penilaian indikator praktek-praktek yang sehat Jumlah responden Jumlah point atas penilaian indikator praktek-praktek yang sehat
1.


2.


3.


4.


5.



6.




7.


8.


9.





10. Apakah hasil kegiatan penjualan selalu dibukukan dengan jumlah yang tepat?

Apakah pada saat penjualan roti yang dilakukan juga dicatat jenis rotinya?

Apakah roti yang rusak selau dilampirkan dalam pembukuan jurnal?

Apakah catatan akuntansi yang dibuat dengan tepat waktu dan cermat?

Apakah perusahaan selalu melakukan pemeriksaan yang mendadak terhadap fungsi penjualan?

Apakah didalam perusahaan selalu dibentuk unti organisasi yang bertugas mengecek efektifitas unsur-unsur pengendalian intern (staf pemeriksaan intern)?

Apakah karyawan yang menangani kas atau pembukuan kas diikat kontrak kerja?

Apakah secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya?

Apakah dalam pemesanan roti oleh pelanggan yang dicatat oleh karyawan sudah diantarkan sesuai dengan tujuan atau tempat pelangan itu berada?


Apakah roti yang dijual sudah diatur sesuai dengan jenis rotinya dan rasa roti? 8


8


8


8


8



8




8


8


8





8
8


8


6


5


8



0




0


8


8





6
Rata-rata 7,13
Indikator penilaian:
Ya = 1
Tidak = 0

K
P = x 100%
N

7,13
P = x 100%
10
P = 71,3 % (cukup memadai)
Berdasarkan hasil tarbulasi dari 8 orang responden mengenai penilaian unsur-unsur praktek yang sehat pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari di peroleh hasil 71,3%. Hal ini berarti bahwa praktek-praktek sehat yang dilakukan oleh Perusahaan Roti Dhiba Kendari dalam menjalankan usahanya sudah cukup memadai.
Pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari telah menjalankan usahanya dengan baik karena hasil kegiatan penjualan dilakukan denga tepat waktu, cermat dan dengan jumlah yang tepat, kegiatan penjualan juga dilakukan dengan mencatat jenis roti yang keluar. Selain itu jumlah roti yang rusak selalu dilampirkan dalam pembukuan jurnal. Namun pada point 6 dan 7 terlihat bahwa pegawai yang menangani kas/pembukuan tidak diikat kontrak kerja dan dalam perusahaan belum dibentuk staf pemeriksaaan intern.
4. Kecakapan pegawai
Manusia adalah sumber daya perusahaan yang bernilai, dan nilai sumber daya manusia dapat dapat dipengaruhi oleh cara-cara pengelolaannya dalam perusahaan. Sikap dan gaya kepemimpinan manajemen dapat meningkatkan motivasi karyawan serta produktivitas dalam melakukan pekerjaannya. Sehubungan dengan upaya untuk melakukan berbagai aktivitas operasional pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari maka dibutuhkan adanya karyawan yang trampil dan mempunyai keahlian dibidangnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dan dapat dipertanggung jawabkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan sesuai dengan tugasnya sangat diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Berikut ini tanggapan responden atas karyawan yang cakap pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No. Dasar penilaian indikator karyawan yang cakap Jumlah responden Jumlah point atas penilaian indikator karyawan yang cakap.
1.



2.



3.


4.



5. Apakah pemerimaan karyawan dilakukan melalui proses seleksi yang sudah sesuai dengan kemampuan dan keahlian?

Apakah karyawan yang diterima melalui proses seleksi telah menghasilkan pekerjaan yang baik?

Apakah pihak perusahaan mengadakan pelatihan dan pengembangan karyawan?

Apakah manajer perusahaan memberikan kompensasi pada karyawan yang berprestasi?

Apakah manajer perusahaan telah melakukan pemantauan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan? 8



8



8


8



8 5



8



0


3



8
Rata-rata 3
Indikator penilaian:
Ya = 1
Tidak = 0
K
P = x 100%
N

3
P = x 100%
5
P = 60% ( kurang memadai)
Dari tabulasi data hasil interview 8 oarang responden mengenai penilaian dari kecakapan pegawai pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari diperoleh nilai 60% artinya kurang memadai hal ini, hal ini karena pihak perusahaan tidak mengadakan pelatihan dan pengembangan karyawan. Pada point 1 terlihat bahwa hanya 5 orang karyawan memberikan jawaban ya bahwa penerimaan karyawan dilakukan melalui proses seleksi yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada karyawan, pihak perusahaan hanya melakukan seleksi penerimaan karyawan hanya pada bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan. Sedangkan pada bagian lain perusahaan tidak melakukanseleksi penerimaan karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya masing-masing unsur pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Struktur organisasi diperoleh 80 % artinya, memadai.
2. Sistem wewenang dan prosedur pembukuan diperoleh nilai 91,67 %, artinya sangat memadai.
3. Praktek-praktek yang sehat diperoleh nilai 71,3 %, artinya cukup memadai.
4. Karyawan yang cakap diperoleh nilai 60 %, artinya kurang memadai.
Dari unsur diatas keseluruhan unsur-unsur pengendalian intern pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari akan diperoleh nilai:

80% + 91,67% + 71,3% + 60%
=
4

302,97
=
4
= 75,74 % (cukup memadai)
Nilai secara keseluruhan diperoleh 75,74%, hal ini menunjukan bahwa pengandalian intern pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari cukup memadai, meskipun sistem wewenang dan prosedur pembukuan memperoleh nilai 91,67% artinya sangat memadai namun unsur kecakapan karyawan di perleh nilai 60% artinya kurang memadai.
Unsur sistem wewenang dan prosedur pembukuan dengan nilai 91,67% belum dapat menunjukan pengendalian intern pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari sangat memadai karena unsur kecakapan pegawai memperoleh nilai 60%.


















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengendalian intern atas penjualan tunai roti yang dilaksanakan oleh Perusahaan Roti Dhiba Kendari, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian intern atas penjualan tunai roti pada Perusahaan Roti Dhiba Kendari telah memenuhi unsur-unsur pengendalian intern yang cukup kuat karena nilai secara keseluruhan yang diperoleh adalah 75,74%. Hal ini dapat ditunjukan berdasarkan unsur-unsur pengendalian intern yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain: Struktur organisasi diperoleh 80 % artinya memadai, Sistem wewenang dan prosedur pembukuan diperoleh nilai 91,67 %, artinya sangat memadai, Praktek-praktek yang sehat diperoleh nilai 71,3 %, artinya cukup memadai, Karyawan yang cakap diperoleh nilai 60 %, artinya kurang memadai.

5.2 Saran
1. Sebaiknya pimpinan Perusahaan Roti Dhiba Kendari mengeluarkan suatu kebijakan berdasarkan surat keputusan (SK) agar seluruh karyawan baik bagian pengadaan, bagian produksi, bagian keuangan, dan bagian pemasaran di ikat kontrak kerja. Hal ini harus dilakukan agar setiap pegawai perusahaan tidak keluar begitu saja sehingga statusnya jelas sebagai karyawan dan perusahaan memiliki dasar hukum yang kuat untuk menuntut jika terjadi penyelewengan oleh karyawan yang melakukan kesalahan tersebut. Selain itu dalam kontrak kerja tersebut sebaiknya disebutkan tarif upah (gaji) yang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing karyawan.
2. Hendaknya Perusahaan Roti Dhiba Kendari tetap mempertahankan dan meningkatkan pengendalian intern atas penjualan roti yang telah dilakukan selama ini.




















DAFTAR PUSTAKA

Widjajanto, Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga. Jakarta

Cushing, Barry E. 2000. Accounting Information System and Businnes Organizations: Edisi Indonesia. Terjemahan. Jakarta : Salemba Empat.

Yessie, Afly, SE, Msi, Pusat Pengembangan Bahan Ajar. 2008/2009. System Informasi Akuntansi. Universitas Mercu Buana. Jakarta
Sofian Safri Harahap. 1995. Auditing Perusahaan Kecil. Jakarta: Bumi Aksara
Amin Widjaja Tunggal. 1998. struktur pengendaliam intern. Edisi pertama. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Al. Haryono Jusup. 2001. Dasar-Dasar Akuntansi. Jilid Dua. Edisi Enam. Yogyakarta. Sekolah tinggi ilmu ekonomi YKPN.
Basu swastha.1993. Manajemen Penjualan. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE.
Zaki Baridwan. 2000. System Akuntansi Penyusunan Prosedur Dan Metode. Yogyakarta: BPFE.
Arens A. Alvin & james K. Loebbecke. 1998. auditing. Jilid satu. Edisi keempat. Terjemahan ilham tjakrakusuma. Jakarta: Erlangga.
S. Nasution.1996. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyadi. 2001. system akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.



Daftar quisioner (pertayaan interview)
A. Struktur organisasi
1. Apakah Perusahaan Roti Dhiba kendari memiliki struktur organisasi?
(a) Ya
(b) Tidak
2. Apakah stuktur organisasi yang diterapkan tersebut dapat membedakan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sesuai dengan fungsinya?
(a) Ya
(b) Tidak
3. Apakah dalam perusahaan terdapat pembagian tugas yang jelas dan tegas?
(a) Ya
(b) Tidak
4. Apakah struktur organisasi yang ditetapkan oleh pimpinan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana?
(a) Ya
(b) Tidak
5. Apakah karyawan yang bekerja sudah ditempatkan sesuai dengan keahliannya?
(a) Ya
(b) Tidak

B. Sistem wewenang dan prosedur pembukuan
1. Apakah penerimaan kas yang berasal dari penjualan roti selalu didukung oleh bukti yang cukup?
(a) Ya
(b) Tidak

2. Apakah roti yang terjual secara langsung (penjualan tunai) di bukukan pada hari itu juga?
(a) Ya
(b) Tidak

3. Apakah bukti penerimaan kas yang berasal dari penjualan roti selalu dicatat setiap hari dan dikontrol secara memadai?
(a) Ya
(b) Tidak

4. Apakah penerimaan kas dari penjualan roti sudah sesuai jumlahnya jumlah roti yang dikeluarkan?
(a) Ya
(b) Tidak

5. Apakah penerimaan kas dari penjualan tunai di otorisasi oleh pihak yang berwewenang?
(a) Ya
(b) Tidak

6. Apakah seluruh kegiatan penjualan telah berjalan sesuai dengan kebijakan manajemen?
(a) Ya
(b) Tidak

C. Praktek-praktek yang sehat
1. Apakah hasil kegiatan penjualan selalu dibukukan dengan jumlah yang tepat?
(a) Ya
(b) Tidak

2. Apakah pada saat penjualan roti yang dilakukan juga dicatat jenis rotinya?
(a) Ya
(b) Tidak

3. Apakah roti yang rusak selau dilampirkan dalam pembukuan jurnal?
(a) Ya
(b) Tidak

4. Apakah catatan akuntansi yang dibuat dengan tepat waktu dan cermat?
(a) Ya
(b) Tidak

5. Apakah perusahaan selalu melakukan pemeriksaan yang mendadak terhadap fungsi penjualan?
(a) Ya
(b) Tidak

6. Apakah didalam perusahaan selalu dibentuk unti organisasi yang bertugas mengecek efektifitas unsur-unsur pengendalian intern (staf pemeriksaan intern)?
(a) Ya
(b) Tidak

7. Apakah karyawan yang menangani kas atau pembukuan kas diikat kontrak kerja?
(a) Ya
(b) Tidak

8. Apakah secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya?
(a) Ya
(b) Tidak

9. Apakah dalam pemesanan roti oleh pelanggan yang dicatat oleh karyawan sudah diantarkan sesuai dengan tujuan atau tempat pelangan itu berada?
(a) Ya
(b) Tidak

10. Apakah roti yang dijual sudah diatur sesuai dengan jenis rotinya dan rasa roti?
(a) Ya
(b) Tidak

D. Kecakapan pegawai

1. Apakah pemerimaan karyawan dilakukan melalui proses seleksi yang sudah sesuai dengan kemampuan dan keahlian?
(a) Ya
(b) Tidak

2. Apakah karyawan yang diterima melalui proses seleksi telah menghasilkan pekerjaan yang baik?
(a) Ya
(b) Tidak

3. Apakah pihak perusahaan mengadakan pelatihan dan pengembangan karyawan?
(a) Ya
(b) Tidak

4. Apakah manajer perusahaan memberikan kompensasi pada karyawan yang berprestasi?
(a) Ya
(b) Tidak

5. Apakah manajer perusahaan telah melakukan pemantauan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan?
(a) Ya
(b) Tidak

0 komentar:

Posting Komentar